Sugeng Rawuh

Welcome to My Blog... :)
Hope can give u more knowledge, hope u can enjoy it... :)

Thanks for your visit..

gracias...

Minggu, 25 Desember 2011

Molecular Pharmacology

ALZHEIMER’S DISEASE

Penyakit alzheimer ditemukan pertama kali pada tahun 1907 oleh seorang ahli Psikiatri dan neuropatologi yang bernama Alois Alzheimer. Ia mengobservasi seorang wanita berumur 51 tahun, yang mengalami gangguan intelektual dan memori serta tidak mengetahui kembali ketempat tinggalnya, sedangkan wanita itu tidak mengalami gangguan anggota gerak, koordinasi dan reflek. Pada autopsi tampak bagian otak mengalami atropi yang difus dan simetri, dan secara nikroskopik tampak bagian kortikal otak mengalami neuritis plaque dan degenerasi neurofibrillary (Japardi, 2002).

Penyakit alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai pencetus faktor genetika(Japardi, 2002).

Penyakit Alzheimer adalah penyakit pada syaraf yang sifatnya irreversible, akibat penyakit ini berupa kerusakan ingatan, penilaian, pengambilan keputusan, orientasi fisik secara keseluruhan dan pada cara berbicara. Diagnosis yang didasarkan pada ilmu syaraf penyebab kepikunan hanya dapat dilakukan dengan cara otopsi.

Patofisiologi dari Alzheimer sangatlah kompleks, meliputi beberapa macam neurotransmitter dan beberapa proses patofisiologi. Tiga hal yang dapat menyebabkan Alzheimer yaitu adanya plak β-amyloid, intraselular tangles neurofibril dan degenerasi neuronal (Ikawati, 2009).

Beta-amyloid: From APP to Plaques (But Not Always)

Amyloid merupakan istilah umum untuk fragmen protein yang diproduksi tubuh secara normal. Plak beta-amyloid adalah fragment protein yang tidak larut yang merupakan hasil pemotongan yang tidak sempurna  dari suatu protein yang disebut amyloid precursor protein (APP). Secara normal, APP dipotong oleh 3 enzim yaitu  β-secretase, γ-sekretase dan α-sekretase. Pemotongan pada β-secretase diikuti oleh γ-sekretase yang menghasilkan 40 asam amino yang dapat larut.  Pada kasus AD, bentuk variasi dari pemotongan yang dilakukan oleh γ-sekretase pada tempat yang salah menghasilkan 42 asam amino yang disebut  ß-amyloid 42 atau ß-amyloid  yang tidak dapat larut dan beragregasi membentuk suatu bentuk yang disebut dengan plak ß-amyloid. Sedangkan α-amyloid menjaankan tugasnya dengan baik dengan cara memotong APP pada tempatnya dan menghindari pembentukan ß-amyloid. Pada otak orang sehat, fragmen protein ini akan terdegradasi dan tereliminasi. ß-amyloid sendiri juga dijumpai pada geriatri yang normal, tetapi tidak terkonsentrasi pada korteks atau sistem limbic (Morrison, 2005).
Perbedaan neuron pada orang normal dengan orang penderita Alzheimer.





Spesialite Alat Kesehatan


TUGAS TERSTRUKTUR
SPESIALITE ALAT KESEHATAN
“METODE KOMBINASI ( PARETO DAN VEN) “



Oleh :
KELOMPOK 6
                                                YESSY KHOIRIYANI         ( G1F010008 )
                                    REZA RAHMAWATI           ( G1F010025 )
                                    WIMALA PERMATASARI ( G1F010032 )
                                    YUNI UMI ASTUTI             ( G1F010042 )
                                    NURLAILI AGUSTINE       ( G1F010043 )
                                    KARTIKO WICAKSONO   ( G1F010061 )
                                    NASYIATUL AISYIYAH   ( G1F010073 )
                                    FIKRI RIANTO A.                ( G1F010074 )
                                    FIRDAUS FIRMANSYAH  ( G1F010076 )



KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
PURWOKERTO

2011
BAB I
PENDAHULUAN

Pelayanan farmasi Rumah Sakit (RS) merupakan salah satu kegiatan di RS yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi RS adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan RS yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (Maimun, 2008).
Tujuan pelayanan farmasi RS adalah pelayanan farmasi yang paripurna, termasuk didalamnya adalah perencanaan pengadaan obat, sehingga dapat meningkatkan mutu dan efisiensi pelayanan berupa : tepat pasien, tepat dosis, tepat cara pemakaian, tepat kombinasi, tepat waktu dan tepat harga (Maimun, 2008).
Perencanaan obat adalah upaya penetapan jenis, jumlah dan mutu obat sesuai dengan kebutuhan. Keberhasilan perencanaan jumlah kebutuhan obat bisa dicapai dengan melibatkan tim dan kombinasi dari berbagai metode. Metode pareto termasuk salah satu dari sekian banyak metode untuk memanajemen perencanaan obat. Metode pareto dikenal dengan prinsip 80/20 (the 80/20 Principle) itu mengatakan bahwa 80 persen akibat berasal dari 20 persen penyebab (Herlambang, 2007).
Analisis VEN (Vital, Esensial, Non-esensial) yaitu analisis yang membagi obat menjadi 2 atau 3 kategori berdasarkan seberapa penting obat tersebut digunakan untuk perawatan penyakit yang sering dijumpai. Dimana prioritas utama adalah obat-obat vital (Soekono, Rachmat, 2010).




BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Pengadaan
Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya pemenuhan kebutuhan obatdan perbekalan kesehatan sesuai dengan jenis, jumlah dan mutu yang telah direncanakansesuai kebutuhan pembangunan kesehatan. Pengadaan merupakan proses untuk  penyediaan obat yang dibutuhkan di unit pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2008).

2.2. Fungsi dan Tujuan Pengadaan
Fungsi pengadaan adalah merupakan usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan untuk memenuhi kebutuhan operasional yang telah ditetapkan di dalam fungsi perencanaan, penentuan kebutuhan (dengan peramalan yang baik), maupun penganggaran. Di dalam pengadaan dilakukan proses pelaksanaan rencana pengadaan dari fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan, serta rencana pembiayaan dari fungsi penganggaran. Pelaksanaandari fungsi pengadaan dapat dilakukan dengan pembelian, pembuatan, penukaran ataupun penerimaan sumbangan (hibah, misal untuk rumah sakit umum) (Depkes RI, 2008). Menurut Seto dkk., (2008), adapun hal yang harus diperhatikan dalam proses pengadaanadalah sebagai berikut:
·         Doelmatig : harus sesuai kebutuhan yang sudah direncanakan sebelumnya.
·         Rechtmatig : harus sesuai dengan kemampuan keuangan.
·         Wetmatig : cara atau sistem pengadaan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.Tujuan pengadaan obat adalah agar tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yangcukup sesuai kebutuhan dengan mutu yang terjamin serta dapat diperoleh pada saatdiperlukan (Hartono, 2007).

2.3. Pengendalian Persediaan
Untuk menetapkan prioritas pengadaan obat yang sesuai dengan anggaran yang adadapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

1.      Analisis ABC
a)      Definisi
Analisis ABC juga dikenal dengan nama analisis Pareto. Analisis ABC merupakan metode pembuatan grup atau penggolongan berdasarkan peringkat nilaidari nilai tertinggi hingga terendah, dan dibagi menjadi 3 kelompok besar yangdisebut kelompok A, B dan C.
·         Kelompok A adalah inventory dengan jumlah sekitar 20% dari item tapi mempunyai nilai investasi sekitar 80% dari total nilai inventory.
·         Kelompok B adalah inventory dengan jumlah sekitar 30% dari item tapimempunyai nilai investasi sekitar 15% dari total nilai inventory.
·         Kelompok C adalah inventory dengan jumlah sekitar 50% dari item tapimempunyai nilai investasi sekitar 5% dari total nilai inventory (Suciati, 200).

Besarnya persentase ini adalah kisaran yang bisa berubah-ubah dan berbedaantara perusahaan satu dengan yang lainnya (Maimun, 2008).Kelompok A adalah kelompok yang sangat kritis sehingga perlu pengontrolansecara ketat, dibandingkan kelompok B yang kurang kritis, sedangkan kelompok Cmempunyai dampak yang kecil terhadap aktivitas gudang dan keuangan (Maimun,2008).
Dalam keterkaitannya dengan persediaan di IFRS maka yang dimaksud kelompok A adalah kelompok obat yang harganya mahal, maka harus dikendalikansecara ketat yaitu dengan membuat laporan penggunaan dan sisanya secara rinci agar dapat dilakukan monitoring secara terus menerus. Oleh karena itu disimpan secararapat agar tidak mudah dicuri bila perlu dalam persediaan pengadaannya sedikit atautidak ada sama sekali sehingga tidak ada dalam penyimpanan. Sedangkan pengendalian obat untuk kelompok B tidak seketat kelompok A. Meskipun demikianlaporan penggunaan dan sisa obatnya dilaporkan secara rinci untuk dilakukanmonitoring secara berkala pada setiap 1-3 bulan sekali. Cara penyimpanannya disesuaikan dengan jenis obat dan perlakuannya. Pengendalian obat untuk kelompok C dapat lebih longgar pencatatan dan pelaporannya tidak sesering kelompok B dengan sekali-kali dilakukan monitoring dan persediaan dapat dilakukan untuk 2-6 bulan dengan penyimpanan biasa sesuai dengan jenis perlakuan obat.Prinsip ABC ini dapat diterapkan dalam pengelolaan pembelian, inventory, penjualan dan sebagainya. Dalam organisasi penjualan, analisis ini dapat memberikaninformasi terhadap produk-produk utama yang memberikan revenue terbesar bagi perusahaan. Pihak manajemen dapat meneruskan konsentrasi terhadap produk ini,sambil mencari strategi untuk mendongkrak penjualan kelompok B (Maimun, 2008).

b)      Prosedur analisis ABC
Prinsip utama analisis ABC adalah dengan menempatkan jenis-jenis perbekalanfarmasi ke dalam suatu urutan, dimulai dengan jenis yang memakan anggaranterbanyak. Urutan langkah sebagai berikut :
a.    Kumpulkan kebutuhan perbekalan farmasi yang diperoleh dari salah satumetode perencanaan, daftar harga perbekalan farmasi, dan biaya yangdiperlukan untuk tiap nama dagang. Kelompokkan ke dalam jenis-jenis/katagori, dan jumlahkan biaya per jenis/ katagori perbekalan farmasi.
b.    Jumlahkan anggaran total, hitung masing-masing prosentase jenis perbekalanfarmasi terhadap anggaran total.
c.    Urutkan kembali perbekalan farmasi di atas mulai dari yang memakan prosentase biaya paling banyak.
d.   Hitung prosentase kumulatif, dimuali dengan urutan 1 dan seterusnya.
e.    Identifikasi perbekalan farmasi yang menyerap ± 70% anggaran perbekalan total.
·      Perbekalan farmasi katagori A menyerap anggaran 70%
·      Perbekalan farmasi katagori B menyerap anggaran 20%
·      Perbekalan farmasi katagori C menyerap anggaran 10%
(DepKes RI, 2008).
c)      Cara Perhitungan analisis ABC :
1)   Hitung jumlah dana yang dibutukan untuk masing-masing obat dengan caramengalikan jumlah obat dengan harga obat.
2)   Tentukan rangkingnya mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil.
3)   Hitung presentasenya terhadap total dana yang dibutuhkan.
4)   Hitung kumulasi persennya.
5)   Perbekalan farmasi kategori A termasuk dalam kumulasi 70%.
6)   Perbekalan farmasi kategori B termasuk dalam kumulas 71-90%.
7)   Perbekalan farmasi kategori C termasuk dalam kumulasi 90-100%                                                                                       (DepKes RI, 2008).
Tahapan-tahapan dalam analisis ABC dengan menggunakan program Microsoftexcel adalah sebagai berikut :
a.       Buat daftar list semua item dan cantumkan harganya 
b.      Masukkan jumlah kebutuhannya dalam periode tertentu.
c.       Kalikan harga dan jumlah kebutuhan.
d.      Hitung persentase harga dari masing-masing item.
e.       Atur daftar list secara desending dengan nilai harga tertinggi berada di atas.
f.       Hitung persentase kumulatif dari masing-masing item terhadap total harga.
g.      Tentukan klasifikasinya A, B atau C (Maimun, 2008).

2.      Analisis VEN
Analisa VEN merupakan pengelompokan obat berdasarkan kepada dampak tiap jenis obat terhadap kesehatan. Semua jenis obat yang direncanakan dikelompokan kedalam tiga kategori yakni (Maimun, 2008) :
·      Vital (V) adalah kelompok jenis obat yang sangat esensial (vital), yang termasuk dalam kelompok ini antara lain : obat penyelamat (life saving drug), obat-obatan untuk pelayanan kesehatan pokok dan obat-obatan untuk mengatasi penyakit penyebab kematian terbesar. Contoh obat yang termasuk  jenis obat Vital adalah adrenalin, antitoksin, insulin, obat jantung,
·      Esensial (E) bila perbekalan farmasi tersebut terbukti efektif untuk menyembuhkan penyakit, atau mengurangi penderitaan pasien. Contoh obatyang termasuk jenis obat Essensial adalah antibiotic, obat gastrointestinal, NSAID dan lain lain.
·      Non-esensial (N) meliputi aneka ragam perbekalan farmasi yang digunakanuntuk penyakit yang sembuh sendiri (self limiting disease), perbekalanfarmasi yang diragukan manfaatnya, perbekalan farmasi yang mahal namuntidak mempunyai kelebihan manfaat disbanding perbekalan farmasi lainnya.Contoh obat yang termasuk jenis obat Non-essensial adalah vitamin, suplemen dan lain-lain.

3.      Kombinasi ABC dan VEN
Jenis obat yang termasuk kategori A (dalam analisis ABC) adalah benar-benar yangdiperlukan untuk menanggulangi penyakit terbanyak dan obat tersebut statusnya harus Edan sebagain V (dari analisa VEN). Sebaliknya jenis obat dengan status N harusnyamasuk dalam kategori C (Maimun, 2008).
Digunakan untuk menetapkan prioritas pengadaan obat dimana anggaran yang adatidak sesuai kebutuhan.

A
B
C
V
VA
VB
VC
E
EA
EB
EC
N
NA
NB
NC

Metode gabungan ini digunakan untuk melakukan pengurangan obat. Mekanismenya adalah sebagai berikut:
·           Obat yang masuk kategori NC menjadi prioritas pertama untuk dikurangi ataudihilangkan dari rencana kebutuhan, bila dana masih kurang, maka obat kategori NB menjadi prioritas selanjutnya dan xobat yang masuk kategori NA menjadi prioritas berikutnya. Jika setelah dilakukan dengan pendekatan ini dana yangtersedia masih juga kurang lakukan langkah selanjutnya.
·           Pendekatan sama dengan pada saat pengurangan obat pada kriteria NC, NB, NAdimulai dengan pengurangan obat kategori EC, EB dan EA (Maimun, 2008).


























BAB III
KESIMPULAN

1.        Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya pemenuhan kebutuhan obatdan perbekalan kesehatan sesuai dengan jenis, jumlah dan mutu yang telahdirencanakan sesuai kebutuhan pembangunan kesehatan.
2.        Metode pengendalian persediaan farmasi ada 3 yaitu : metode ABC, metode VEN, dan metode kombinasi ABC dan VEN.
























DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2008. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit.  Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Hartono, Joko Puji. 2007. Analisis Proses Perencanaan Kebutuhan Obat Publik untuk Pelayanan Kesehatan Dasar (OKD) di Puskesmas Sewilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya. Universitas Diponegoro. Semarang.
Herlambang, Paulus. 2007. Hukum Pareto. http://tipsngeblog.blogspot.com/2007/04/hukum-pareto.html. Diakses tanggal 11 Desember 2011.
Maimun, Ali. 2008. Perencanaan Obat Antibiotik Berdasarkan Kombinasi Metode Konsumsi dengan Analisis ABC dan Reorder point terhadap Nilai Persediaan dan Turn Over Ratio di Instalasi Farmasi RS Darul Istiqomah Kaliwungu Kendal (Tesis). Universitas Diponegoro. Semarang.
Seto, S. Yunita N. dan Lily T. 2004. Manajemen Farmasi. Airlangga University Press. Surabaya.
Soekono, Rachmat. 2010. Praktek Pengadaan Perbekalan Farmasi.  http://pafi-cirebon.blogspot.com/2010/10/praktek-pengadaan-perbekalan-farmasi.html. Diakses tanggal 11 Desember 2011.
Suciati , S. Dan Wiku B.B Adisasmito. 2006. Analisis Perencanaan Obat Berdasarkan ABC Indeks Kritis di Instalasi Farmasi. Universitas Indonesia. Jakarta.