ALZHEIMER’S DISEASE
Penyakit alzheimer ditemukan pertama kali pada tahun 1907 oleh seorang ahli Psikiatri dan neuropatologi yang bernama Alois Alzheimer. Ia mengobservasi seorang wanita berumur 51 tahun, yang mengalami gangguan intelektual dan memori serta tidak mengetahui kembali ketempat tinggalnya, sedangkan wanita itu tidak mengalami gangguan anggota gerak, koordinasi dan reflek. Pada autopsi tampak bagian otak mengalami atropi yang difus dan simetri, dan secara nikroskopik tampak bagian kortikal otak mengalami neuritis plaque dan degenerasi neurofibrillary (Japardi, 2002).
Penyakit alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai pencetus faktor genetika(Japardi, 2002).
Penyakit Alzheimer adalah penyakit pada syaraf yang sifatnya irreversible, akibat penyakit ini berupa kerusakan ingatan, penilaian, pengambilan keputusan, orientasi fisik secara keseluruhan dan pada cara berbicara. Diagnosis yang didasarkan pada ilmu syaraf penyebab kepikunan hanya dapat dilakukan dengan cara otopsi.
Patofisiologi dari Alzheimer sangatlah kompleks, meliputi beberapa macam neurotransmitter dan beberapa proses patofisiologi. Tiga hal yang dapat menyebabkan Alzheimer yaitu adanya plak β-amyloid, intraselular tangles neurofibril dan degenerasi neuronal (Ikawati, 2009).
Beta-amyloid: From APP to Plaques (But Not Always)
Amyloid merupakan istilah umum untuk fragmen protein yang diproduksi tubuh secara normal. Plak beta-amyloid adalah fragment protein yang tidak larut yang merupakan hasil pemotongan yang tidak sempurna dari suatu protein yang disebut amyloid precursor protein (APP). Secara normal, APP dipotong oleh 3 enzim yaitu β-secretase, γ-sekretase dan α-sekretase. Pemotongan pada β-secretase diikuti oleh γ-sekretase yang menghasilkan 40 asam amino yang dapat larut. Pada kasus AD, bentuk variasi dari pemotongan yang dilakukan oleh γ-sekretase pada tempat yang salah menghasilkan 42 asam amino yang disebut ß-amyloid 42 atau ß-amyloid yang tidak dapat larut dan beragregasi membentuk suatu bentuk yang disebut dengan plak ß-amyloid. Sedangkan α-amyloid menjaankan tugasnya dengan baik dengan cara memotong APP pada tempatnya dan menghindari pembentukan ß-amyloid. Pada otak orang sehat, fragmen protein ini akan terdegradasi dan tereliminasi. ß-amyloid sendiri juga dijumpai pada geriatri yang normal, tetapi tidak terkonsentrasi pada korteks atau sistem limbic (Morrison, 2005).
Perbedaan neuron pada orang normal dengan orang penderita Alzheimer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar